Selasa, 06 Maret 2012

Senin, 05 Maret 2012

37 Kebiasaan Orang Tua yang Menghasilkan Perilaku Buruk Pada Anak


1. Raja yang Tak Pernah Salah

Hal ini terjadi misalnya ketika anak belajar berjalan dan menangis karena menabrak meja maka biasanya orang tua akan mengatakan “ siapa yang nakal? meja ini ya, ini sudah Ayah/ Ibu pukul, cup..cup..memang mejanya nakal ya..”

Ini menyebabkan anak untuk terbiasa menyalahkan lingkungan atau orang lain dan menganggap bahwa dirinya selalu benar. Anak akan melawan kepada orang tua karena tanpa sadar orang tua telah mengajarkan kepada anak untuk tidak pernah merasa bersalah.

Lalu apa yang harus dilakukan misalnya anak menabrak meja ketika belajar berjalan? Yaitu mengajarkan anak untuk bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi. Misalnya “ sayang sakit ya (sambil mengusap bagian yang menurutnya sakit) , lain kali jalannnya pelan-pelan ya, agar tidak membentur lagi.”

2. Berbohong Kecil dan Sering

Misalnya ketika anak akan ditingggal orang tua bekerja, maka terkadang orang tua mengalihkan perhatian anak dan berkata “ Ibu/ Ayah hanya keluar sebentar kok, sebentar ya..”. Hal ini menyebabkan anak untuk sulit percaya kepada orang tua karena orang tua sudah sering membohongi anak.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan? Jelaskan secara jujur kepada anak dengan penuh pengertian. Misalnya ketika akan berangkat bekerja dan anak menangis maka berikan penjelasan misalnya “ Ayah/ Ibu akan bekerja, kamu tidak bisa ikut tetapi jika kita jalan-jalan kamu bisa ikut.” Memang membutuhkan kesabaran untuk memberikan pengertian kepada anak tetapi perlahan anak akan memahami keadaan orang tuanya.

3. Banyak Mengancam

Terkadang orang tua sering memberikan ancaman kepada anak tanpa tindakan lebih lanjut. Hal ini akan membuat anak meremehkan apa yang dikatan orang tuanya. Misalnya orang tua berteriak “ Nak, jangan naik diatas meja nanti jatuh tidak ada yang menolong” tanpa melakukan tindakan.

Apa yang harus dilakukan? Orang tua tidak perlu berteriak—berterik seperti itu. Dekati anak dan hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kepadanya. Tatap matanya dengan lembut tetapi tegas dan mengatakan “ Nak, meja bukan tempatnya untuk duduk. Ayo bermain dengan baik dilantai saja.”

4. Bicara Tidak Tepat Sasaran

Terkadang orang tua memarahi anak yang melakukan perilaku yang salah tanpa menjelaskan perilaku apa itu. Misalnya ketika kakak merebut mainan adik kemudian orang tua mengatakan kepada kakak “ Ayah/ Ibu tidak suka kamu begitu.” Maka anak juga tidak jelas perilaku apa yang tidak diperbolehkan itu dan akhirya mereka mencoba-coba untuk melakukan perilaku yang baru dan ternyata dari hal-hal yang dia lakukan selalu dikatan salah. Akibatnya mereka akan berbalik melakukan hal-hal yang tidak disukai orang tuanya untuk membuat orang tuanya kesal sebagai bentuk kekesalan yang mereka alami.

Apa yang sebaiknya dilakukan? Sampaikan hal-hal atau tindakan-tindakan yang tidak kita kita inginkan dan tindakan apa yang kita inginkan atau butuhkan. Misalnya “ Ayah/ Ibu melihat kamu merebut mainan adikmu sehingga dia menangis. Ayah/ Ibu ingin agar kamu mengembalikannya dan meminta izin kepada adik ketika ingin meminjam mainan yang sedang dia pakai.”

5. Menekankan pada Hal-Hal yang Salah

Terkadang orang tua sering menyalahkan anak ketika berbuat salah dan tidak memuji atau memperkuat perilaku ketika mereka berbuat benar. Misalnya ketika kakak dan adik bertengkar maka orang tua akan marah-marah tetapi ketika mereka bermain rukun, orang tua membiarkan saja.

Apa yang sebaiknya dilakukan? Berilah pujian ketika anak melakukan hal-hal yang benar. Misalnya “ Nah, begitu kalu bermain dengan rukun enak kan ya. Kakak dan adik bisa berbagi mainan.”

6. Merendahkan diri sendiri

Misalnya ketika anak sedang asik menonton TV padahal sudah waktunya mandi. Maka Ibu terkadang mengatakan “ Ayo dimatikan TV nya nanti tak bilangin Ayah lo kalau tidak mau mematikan TV.” ( hal ini jika yang ditakuti adalah ayah). Maka anak akan semakin tidak menghiarukan perkataan ibunya karena orang yang dapat mereka turuti hanyalah ayahnya.

Apa yang sebaiknya dilakukan? Dekati anak, tatap matanya dan katakan dengan tegas tetapi lembut “ Nak, matikan TV nya dan segera mandi.” Jika anak mengatakan “ sebentar 5 menit lagi.” Maka orang tua bisa mengatakan “ baik 5 menit lagi jika tidak Ibu akan mematikan TV nya”. Orang tua harus benar-benar melakukan apa yang diucapkan misalnya setelah 5 menit anak tidak mau bergegas mandi maka oorang tua bisa langsung mematikan TV nya.

7. Ibu dan Ayah Tidak Kompak

Mendidik anak bukanlah tugas ibu saja atau bapak saja, tetapi keduanya. Misalnya ketika Ibu melarang untuk menonton TV sedangkan Ayah memperbolehkan maka anak akan menganggap bahwa ibunya jahat dan Ayahnya baik. Maka perlahan anak akan melawan terhadap ibunya.

Apa yang sebaiknya dilakukan?Orang tua seharusnya kompak di depan anak. Apabila ada pandangan yang berbeda, bicarakan hal tersebut secara pribadi dengan pasangan.

8. Campur Tangan Kakek, Nenek, Tante, dan Pihak Lain

Jika orang tua berada dalam saru rumah dengan keluarga lain maka semua anggota harus kompak juga dalam mengasuh anak. Misalnya ketika orang tua melarang sesuatu sedangkan neneknya melindungi maka secara perlahan anak akan menentang orang tuanya dan berlindung kepada neneknya. Yang harus dilakukan orang tua adalah memberikan pemahaman dan kesepakan kepada anggota keluarga yang lain untuk kompak dalam mengasuh anak.

9. Menakuti Anak

Terkadang orang tua menakut-nakuti anak agar dia mau menghentikan perilaku tertentu. Misalnya ketika anak menangis, orang tua mengatakan “ jangan nangis terus nanti di suntik lho.” Hal ini membuat anak takut pada orang tertentu misalnya dokter. Dan secara perlahan anak akan paham bahwa hal itu merupakan kebohongan orang tua.

Apa yang sebaiknya dilakukan? Sebaiknya orang tua memberikan pengertian kepada anak. Misalnya anak ingin permen, orang tua bisa menjelaskan kalu peremen tidak baik untuk gigi. Jika anak tetap menangis maka orang tua bisa bersikap tegas dengan mengatakan “ kamu boleh menangis, tetapi Ayah/ Ibu tetap tidak akan memberikanmu permen.”

10. Ucapan dan Tindakan Tidak Sesuai

Orang tua terkadang memberikan janji kepada anak tetapi sering tidak memepatinya sehingg secara perlahan anak akan menyadari bahwa orang tuanya sering bohong dan tidak mau lagi menuruti otang tuanya.

Apa yang sebaiknya dilakukan? Orang tua seharusnya menepati janji yang diberikan kepada anak. Misalnya orang tua berjanji kalau minggu ini belajar dengan rajin maka akan diajak jalan-jalan. Maka orang tua harus menepatinya dan jika tidak bisa menepati maka orang tua melakukan perjanjian dengan anak apa yang bisa dilakukan untuk menggantikan janji itu.

11. Hadiah Untuk Perilaku Buruk Anak

Orang tua harus disiplin ketika melarang anak. Misalnya ketika berada di pasar anak minta dibelikan mainan. Orang tua sudah melarang tetapi anak tidak kehabisan akal, dia menangis dan biasanya orang tua karena malu akhirnya membelikan anak mainan tersebut. Maka nantinya anak akan mencari akal bahwa untuk meminta sesuatu di tempat yang ramai bisa dilakukan dengan menangis.

Apa yang sebaiknya dilakukan? Tetaplah untuk berlaku disiplin. Jangan takut dianggap orang tua yang `tega` atau `kikir`. Anak bisa diperlakukan dengan tegas sejak usia 2 tahun.

12. Merasa Bersalah Karena Tidak Bisa Memberikan yang Terbaik

Terkadang orang tua merasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik bagi anak. Misalnya orang tua mengalami masalah ekonomi maka orang tua tidak boleh memaklumi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anak. Misalnya karena orang tua jarang mmembelikan mainan maka orang tua mengizinkan anak sering menonton TV diwaktu belajar. Seharusnya orang tua tidak merasa bersalah dengan terbatasnya sesuatu yang diberikan kepada anak. Setiap keluarga mempunyai permasalahan sendiri-sendiri misalnya ada keluarga yang secara ekonomi baik tetapi mempunyai waktu yang sedikit denga anak. Ada juga keluarga uang mempunyai kemampuan ekonomi sederhana tetapi mempunyai waktu yang banyak untuk bersama dengan anak. Tetaplah mendidik anak dengan baik. Mengarahkan mereka untuk mengetahui apakah yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

13. Mudah Menyerah dan Pasrah

Terkadang ada orang tua yang mudah pasrah dan menyerah dalam menghadapi anak sehingga anak-anak yang lebih menguasai orang tuanya. Seharusnya orang tua berusaha lebih tegas dalam mengambil keputusan.

14. Marah yang Berlebihan

Terkadang ada orang tua yang kesal degan perilaku anak sehingga memarahi anak dengan berlebihan seperti berteriak-teriak. Dan ketika marah, seseorang akan sering tidak bisa mengontrol perkataannya. Setelah marah maka orang tua akan meyesal dan merasa bersalah sehingga mencoba menggantinya dengan memperbolehkan anak untuk melakukan sesuatu yang dilarang. Maka anak akan berusaha membuat orang tua marah agar mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Sebaiknya orang tua menahan emosinya ketika di depan anak. Sebaiknya orang tua diam ketika sedang marah bisa dengan pergi ke kamar dan kembali ketika sudah tidak marah lai agar perkataan yang keluar dapat dikontrol.

15. Gengsi untuk Menyapa

Ketika terbawa kesal dengan anak terkadang orang tua dan anak saling tidak menyapa selama berhari-hari. Sebaiknya orang tua harus memulai jika anak telah menunjukkan tanda-tanda perdamaian dan mau mengikuti keinginan orang tua.

16. Memaklumi yang Tidak Pada Tempatnya

Misalnya ketika anaknya sering memukul orang lain maka orang tua tidak boleh memakluminya dengan mengatakan “ Ah, wajar namanya juga anak laki-laki.” Hal ini menyebabkan anak akan terbiasa melakukan tindakan yang tidak baik karena merasa bahwa hal itu akan dimaklumi oleh orang tuanya. Yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua adalah tidak perlu memaklumi sesuatu yang tidak perlu dimaklumi dan mendidik setiap anak tanpa terkecuali.

17. Penggunaan Istilah yang Tidak Jelas Maksudnya

Misalnya terkadang orang tua mengatakan “ Awas ya, tidak boleh ikut ibu jika nakal”. Maka anak akan bingung apa yang dimaksud dengan nakal. Jika menginginkan anak merubah perilakunya maka tunjukkan secara rinci perilaku apa yang tidak diperbolehkan. Misalnya orang tua mengatakan “ Boleh ikut Ibu jika nanti tidak menangis dan membeli permen.”

18. Mengharap Perubahan Instan

Terkadang orang tua memaksakan perubahan yang instan kepada anak tanpa melalui tahapan yang wajar. Hal ini bisa menyebabkan anak akan kesulitan untuk memenuhinya dan ketika gagal maka anak akan merasa sangat kecewa. Sebaiknya orang tua memberikan tahapan waktu untuk perubahan secara perlahan. Orang tua bisa mendorong anak dengan memberikan pujian, hanya saja pusatkan pujian pada usahanya bukan pada hasil akhirnya. Jika memusatkan perhatian pada usaha kerasnya, hasilnya makin hari makin baik sesuai harapan .

19. Pendengar yang Buruk

Terkadang orang tua tidak mau mendengarkan anak dan lebih suka menyela. Akhirnya anak merasa tidak dihargai dan berbalik tidak mau mendengarkan perkataan orang tua. Sebaiknya orang tua dapat mendengarkan dengan baik apa yang dikatan oleh anak. Dengarkan terlebih dahulu tanpa banyak menyela.

20. Selalu Menuruti Permintaan Anak

Betapapun sayangnya orang tua kepada anak, sebaiknya orang tua tidak selalu memberikan apa yang anak inginkan. Karena rasa sayang tidak harus ditunjukkan dengan menuruti segala keinginannya agar anak tidak egois atau ingin menang sendiri.

21. Terlalu Banyak Larangan

Terkadang ada orang tua yang melarang anak secara berlebihan. Anak tidak boleh melakukan ini dan itu. Akhirnya ketika anak tidak tahan lagi dengan cara orang tua, anak akan melakukan perlawanan baik dengan menyakiti diri sendiri atau perlawanan terbuka. Sebaiknya orang tua mengurangi sifat melarang secara berlebihan jika anak melakukan banyak hal yang baik dan positif.

22. Terlalu Cepat Menyimpulkan

Ini terjadi ketika orang tua tidak bisa menjadi pendengar yang baik dan selalu menyela apa yang dikatakan oleh anak. Akhirnya anak akan menganggap bahwa orang tua sok tahu, tidak memahami keadaan dan menyebalkan. Sebaiknya orang tua bisa menndengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh anak. Tidak ada seorangpun yang suka pembicaraannya dipotong, begitu juga anak.

23. Mengungkit Kesalahan Masa Lalu

Biasanya orang tua sering mengungkit kesalahan anak di masa lalu agar anak mau belajar dari masalahnya. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Anak akan sakit hati dan berusaha mengulangi kesalahan-kesalahannya sebagai tindakan pembalasan dari sakit hatinya. Jika tidak ingin anak mengulangi kesalahannya lagi maka cukup dengan tatapan mata atau merangkul sampai nantinya dia yang akan mengakui sendiri kesalahan dan kekeliruannya. Misalnya ucapkan “ ya, kita semua manusia biasa yang pernah berbuat salah. Ayah dan Ibu yakin bahwa kamu bisa belajar sesuatu dari hal itu.”

24. Suka membandingkan

Terkadang orang tua sering membandingkan anak-anaknya. Misalnya “ lihat, kalo kamu rajin rajin seperti kakak, nilai kamu tidak akan buruk seperti ini.” Hal ini akan menyebabkan anak merasa bahwa orang tua pilih kasih dan membuat dia membenci dengan orang yang dibandingkan dengannya. Anak yang seri ng dibandingkan akan menjadi pembangkang dan berperilaku makin buruk. Yang sebaiknya orang tua lakukan adalah membadingkan perilaku anak dengan perilakunya yang terdahulu bukan dengan perilaku orang lain. Misalanya “ Ibu dulu lihat kamu membantu untuk merapikan tempat tidurmu, tetapi kenapa sekarang kamu jarang melakukannya?.”

25. Paling Benar dan Paling Tahu Segalanya

Terkadang orang tua merasa bahwa dia yang paling tahu karena mengalami asam garam kehidupan. Namun sekarang cara mendapatkan informasi semakin berkembang. Anak bisa mendapatkannya melalui internet. Orang tua harus memahami bahwa semua orang bisa berbuat salah dan semua orang bisa berbuat benar. Bila kurang setuju dengan anak, maka dengarkan terlebih dahulu untuk memahami pendapatnya baru orang tua menceritakan pengalamannya sendiri.

26. Saling Melempar Tanggung Jawab

Orang tua terkadang saling menyalahkan tanggung jawab misalnya suami mengatakan kepada istri “ Apa yang kamu lakukan sampai tidak becus mengasuh anak?” atau sebaliknya istri menyalahkan suami. Seharusnya orang tua memegang tanggungjwab untuk kompak mengasuh anak. Bukan melempar tanggung jawab.

27. Kakak Harus Selalu Mengalah

Orang tua biasanya menyuruh kakak yang lebih tua mengalah jika bertengkar dengan adiknya tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahannya. Hal ini akan membuat kakak merasa orang tua pilih kasih dan membenci adiknya. Sebaliknya adiknya akan merasa ingin menang sendiri karena selalu dibela oleh orang tuanya. Seharusnya orang tua berbuat adil, jika kakak adik bertengkar maka orang tua meminta penjelasan kepada mereka permasalahannya dan menunjukkan yang benar dan yang salah berdasarkan perilakunya bukan karena dia kakak atau dia adik.

28. Menghukum Secara Fisik

Terkadang orang tua terbawa emosi sehingga menghukum anak secara fisik. Anak yang sejak kecil dipukul oleh orangtuanya akan menyimpan dendam dan akan membalas kembali ke orang tuanya atau ke teman-temannya. Sebaiknya orang tua tidak melakukan tindakan fisik kepada anak. Anak bisa diberi tahu lewat kata-kata tetapi ketika kata-kata sudah tidak didengarkan anak maka orang tua perlu mnegoreksi diri jangan-jangan ada kebiasan-kebiasan yang kurang baik yang masih dilakukan.

29. Menunda atau Membatalkan Hukuman

Ketika orang tua dan anak sudah sepakat ketika melakukan sesuatu maka orang tua harus melaksanakannya. Misalnya orang tua sepakat jika anak tidak segera sholat magrib dan lebih memilih menonton TV maka orang tua tidak akan memperbolehkan anak untuk menonton TV besok sore. Maka ketika anak tidak segera sholat magrib, besoknya orang tua harus benar-benar melaksanakan hukuman itu. Hal ini dilakukan agar anak tahu bahwa orang tua tidak hanya mengancam dan sering lupa. Namun yang perlu diingat hukuman yang diberikan kepada anak bukan berupa hukuman fisik tetapi mengurangi hal-hal yang dia sukai misalnya jatah menonton TV, bermain bola. Dan lain-lain.

30. Terpancing Emosi

Anak biasanya menguji emosi orang tuanya dengan menangis, merengek, berguling, atau memukul. Bila orang tua terpancing dengan perilaku anak dengan marah atau malah mengalah, maka anak akan merasa menang dan berusaha untuk mengulanginya dengan berbuat semakin parah. Yang terbaik adalah diam, tidak berbicara, tidak menanggapi, cukup tatap mata anak yang berulah dan katakan bahwa perilakunya tidak akan mengibah keputusan orang tua.

31. Menghukum Anak Saat Marah

Jangan pernah menghukum anak ketika emosi sedang memuncak karena selain akan menyesal di kemudian hari, hal tersebut akan menyakiti anak dan terbawa samapai dia dewasa . Sebaiknya orang tua meredam emosinya terlebih dahulu sebelum memberikan hukuman. Dan hukuman yang diberikan kepada anak bukanlah hukuman yang sangat berat misalnya pengurangan hal-hal yang disukai seperti menonton TV, bermain bola atau sepeda dan lain-lain.

32. Mengejek

Orangtua biasa menggoda anaknya seringkali secara tidak sadar telah membuat anak menjadi kesal. Misalnya ketika anaknya menyanyi orang tua mengatakan “ cie..cie nayanyi seperti Ariel nih...”

Hal ini akan membangun ketidaksukaan anak dan yang sering anak tidak mengahargai orang tuanya. Sebaiknya orang tua menjaga bercanda kepada anak yang tidak membuatnya malu atau merendahkan dirinya.

33. Menyindir

Terkadang orang tua tidak dapat menyampaikan hal-hal yang diinginkan secara baik dan jelas karena mungkin tidak tahu caranya atau tidak ada waktu sehingga mungkin dilakukan dengan cara menyindir. Hal ini tidak akan membuat anak menyadari perilaku buruknya tapi malah membuat dia menjadi-jadi dan menjauhi orang tua. Sebaiknya orang tua mengatakan dengan jelas terhadap perilaku anak yang tidak disukai.

34. Memberikan Julukan yang Buruk

Kebiasaan memberikan julukan-julukan buruk mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya diri, kebencian juga perlawanan. Gantilah panggilannya dengan yang baik misalnya anak hebat dll atau cukup nama panggilannya saja.

35. Mengumpan Anak yang Rewel

Saat anak marah, merengek, atau menangis, kita biasanya mengalihkan perhatiannya kepada hal atau barang lain. Namun yang terjadi akan sebaliknya, rengekan anak akan semakin menjadi-jadi. Selesaikan apa yang diinginkan oleh anak dengan membuat kesepakatan di tempat jika belum sempat membuat kesepakan sebelumnya.

36. Televisi sebagai Agen Pendidik Anak

Yang sebaiknya dilakukan adalah :

a. Membangun komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal yang menjadi faktor pembentuk perilaku anak

b. Mengganti menonton TV dengan aktivitas yang lebih positif bagi anak

c. Mengganti progranm TV dengan film-film pengetahuan

37. Mengajari Anak untuk Membalas

Jika mengajari anak untuk membalas berarti orang tua mengajarkan anak untuk mendendam dan membalas segala pukulan atau tindakan menyakiti lain yang diterimanya . Jangan kaget jika anak sering membalas atau membalikkan apa yang kita sampaikan kepadanya. Sebaiknya orang tua melakukan:

a. mengajarkan anak untuk menghindari teman-temannya yang suka menyakiti

b. Menyampaikan kepada orang tua yang bersangkutan bahwa anaknya sering memperlakukan buruk anak Anda

38. Memotong Pembicaraan

Terkadang orang tua tidak sabar untuk memotong pembicaraan anak sehingga anak kesal dan marah. Anak yang marah tidak akan bisa mendengarkan orang lain termasuk nasihat Anda. Sebaiknya orang tua belajar untuk mendengarkan apa yang dikatan oleh anak dan menerikan pendapat ketika anak memintanya karena pada saat itulah anak telah siap untuk mendengarkan penuturan Anda.

Sumber :

Wiyono, Edi. 2008. Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur. Jakarta : Grasindo

Minggu, 20 Desember 2009

Melakukan Yang Terbaik di Detik Kita Berdiri

Siapa yang tahu akan masa depan. Bagiku masa depan adalah sebuah gambaran abstrak yang terkadang sulit di jangkau rasio. Terdapat kebimbangan antara apakah hari esok itu akan benar-benar datang sehingga layak diperjuangkan atau hanya sebuah gambaran manusia sendiri yang melihat bahwa hari esok pasti akan dapat dijalani seperti hari-hari lalu yang telah dilewati. Pandangan terhadap ketidakpastian hari esok menimbulkan kontradiksi. Di satu sisi manusia harus memperjuangkan harapan-harapannya untuk hari esok namun di sisi lain seseorang berada dalam kebimbangan apakah terdapat kesempatan untuk menjalani hari-hari mendatang. Namun, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada diri kita di masa depan. Sehingga dari pada merepotkan masalah antara pencapaian harapan masa depan dan kebimbangan akan ketidak pastian datangnya masa depan, melakukan yang terbaik di detik kita berdiri adalah hal yang paling logis untuk memprediksi masa depan.

Selasa, 01 Desember 2009

Peluncuran Stasiun Pemantau Udara di Bundaran HI

Minggu tanggal 29 November Kemarin telah di resmikan Stasiun Pemantau kualitas Udara di Bundaran HI oleh Gubernur DKI, Fauzi Bowo yang menelan biaya 5,5 Milyar. Perhatian yang luar biasa terhadap kualitas udara di Jakarta yang notabenenya kota terpolusi ke-5 se-Asia Tenggara. Mungkin Pemerintah DKI telah melakukan berbagai cara untuk mencegah pencemaran udara di Jakarta dari uji emisi yang ketat terhadap kendaraan dan melarang dengan keras beroperasinya kendaraan yang tidak lulus emisi. Selain itu konversi dari minyak tanah ke gas juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah peningkatan kadar polutan udara. Di beberapa area tertentu juga diadakan Car Free Day. Memang dari kegiatn ini, ada penurunan secara signifikan tingkat pencemaran udara, namun hal itu belum efektif karena pada hari kerja biasa polusi akan tetap meningkat lagi. Menyoroti Peluncuran Stasiun Pemantau Udara ada beberapa hal yang sebenarnya perlu di pertimbangkan, apakah alat yang menelan biaya yang fantastis tersebut efektif untuk mencegah pencemaran udara? Alat tersebut tak ubahnya seperti cermin bagi pesolek dimana seseorang bisa mengetahui kekurangannya sehingga dapat di perbaiki dan didapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Namun seperti halnya cermin, pemegang kendali adalah manusia sendiri. Tanpa mempunyai maksud pesimis dan tidak terbuka terhadap hal yang baru, untuk hasil yang lebih baik sebenarnya perlu juga pembenahan dari segi SDM nya. Alat hanya kan menjadi alat yang tanpa makna sampai manusia itu bisa memaknai dan memanfaatkan alat tersebut. Karena kan sia-sia jika alat telah menunjukkan suatu kualitas udara yang memprihatinkan tetapi tidak ada upaya dari masyarakat untuk mencegah dan hanya bertindak masa bodoh. Perlu adanya sarana penggencaran agar masyarakat perduli terhadap lingkungan. Sehingga masayarakat sendiri mempunyai perhatian terhadap lingkungan dari wilayah kehidupan yang paling kecil yakni dalam kehidupan sehari-hari.

Senin, 23 November 2009

Bukan kecengengan yang kehidupan latih untuk kita. Tak perduli apa pun tipe kepribadian mu, melankolis, sanguinis, plegmatis atau koleris. Kekuatan yang Tuhan inginkan adalah kebahagiaan kita dan perspektif kita untuk lebih bersyukur serta memaknai kehidupan.